Setelah malang melintang selama 15 tahun, salah satu pemutar musik (music player) paling populer untuk PC yaitu Winamp akan segera “dibunuh” pada 20 Desember 2013 nanti. Anda dapat membaca pengumuman ini di http://www.winamp.com/media-player/en.
Petikan petikan pengumunan tersebut kurang lebih berbunyi,
"Winamp.com dan layanan web yang terkait tidak akan lagi tersedia setelah 20 Desember 2013. Selain itu, Winamp Media player tidak akan lagi tersedia untuk di-download. Silahkan download versi terbaru sebelum tanggal tersebut. Lihat catatan rilis untuk meliaht perbaikan terbaru pada rilis terakhir ini. Terima kasih telah mendukung Winamp community selama lebih dari 15 tahun."
Mengapa Winamp tidak lagi dikembangkan? Entahlah. Tetapi kabarnya karena alasan uang, Winamp dianggap tidak menguntungkan lagi, jadi untuk apa dikembangkan.
Saya tidak begitu tertarik membahas mengapa Winamp “dibunuh”. Saya lebih tertarik berbagi pengalaman kepada anda semua tentang Winamp ini. Sejak awal mengetahui bahwa komputer dapat memainkan musik sejak saat itu juga saya tahu aplikasi yang digunakan untuk memainkan musik itu adalah Winamp. Tidak ada yang lain selain Winamp kecuali WMP.
Saat itu, saat saya baru mengenal komputer, saya tidak mengenal istilah “music player” yang saya tahu hanyalah Winamp. Musik = Winamp.
Beberapa hari yang lalu sebelum membaca pengumuman ini, entah mengapa saya ingin mendownload music player ini, lalu memasangnya di laptop saya. Sejujurnya saya sudah lupa entah kapan terakhir kali saya menginstall Winamp di Windows. Tanpa bermaksud merendahkan, saya katakan saya telah lama kehilangan minat pada Winamp. Tapi tiba-tiba kemarin saya merindukan music player ini, men-download kemudian meng-install-nya.
Alkisah, seiring waktu, bermunculanlah music player yang menggeser posisi Winamp dari Windows saya. Saya telah mencoba lumayan banyak music player. Lima teratas yang paling sesuai dengan selera saya adalah Quux Player, Foobar, Musicmatch Jukebox, AIMP2, dan Mediamonkey.
Musik adalah soal selera. Soal telinga yang mendengar. Hari ini, tidak ada music player yang paling sesuai dengan selera saya kecuali Quux Player. Apa yang membuat saya memilih Quux Player? Jawabannya sederhana, keluaran kualitas suara paling bagus untuk saya yang “audiophile”. Suara bass-nya tebal, bulat, dan kalem sedangkan suara treble-nya bersih tapi tidak cempreng. Benar-benar pas untuk telinga saya.
Ngomong-ngomong soal selera lagi, saya rasa orang-orang tidak akan merasa kehilangan dengan terbunuhnya Winamp. Alasannya mungkin salah satunya yang paling masuk akal adalah banyak music player yang lebih bagus dari Winamp. Sudah lama orang meninggalkan Winamp.
Punya pengalaman dengan Winamp? Atau anda merekomendasikan untuk saya music player yang mengalahkan Quux Player, tuliskan pada kotak komentar 🙂